Dalam rangka memperingati hari lahir (harlah) NU ke-99, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Pasongsongan selenggarakan Haul Muassis NU, Ahad (06/02/2022).
Selain dihadiri beberapa pengurus ranting dan MWC setempat, kegiatan yang dipusatkan di halaman MTS Istikmalunnajah juga dipadati oleh guru dan siswa LP Ma’arif.
Meskipun digelar secara sederhana, namun acara yang diawali dengan pembacaan tahlil tersebut berlangsung hikmat, lebih-lebih saat lagu Indonesia Raya dan Mars Syubbanul Wathan dinyanyikan secara serentak serta penuh semangat.
Terkait Harlah ke-99 NU, K Ahmad Riyadi dalam sambutannya berharap agar semua pengurus NU, utamanya LP Ma’arif mampu mencetak kader dalam menyongsong kebangkitan NU yang kedua.
“Di masa An-Nahdlah Ats-Tsaniyah, warga NU harus berdiaspora dengan kekuatan strategis di pemerintahan atau partai politik,” tegasnya.
Diaspora tersebut, menurut Ketua MWCNU Pasongsongan itu memiliki sanad yang jelas. Hadratus syekh KH Hasyim Asy'ari saat menjadi Ketua Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) dan KH Wahid Hasyim ketika menjabat sebagai menteri agama bagi pria yang akrab disapa Kiai Riyadi merukan sanad yang bisa dijadikan rujukan warga nahdliyin dalam menyongsong babak kedua kebangkitan NU.
“Karena itu, wajar jika Ketua PWNU Jatim sempat marah di Jember karena warga NU yang potensial tidak bisa menembus kekuatan strategis di pemerintahan,” tandasnya.
Sementara itu, K Ahmad Hannan dalam salah satu tausiahnya mengajak agar warga lebih kritis dan jeli memilih tayangan ceramah agama di media sosial atau youtube. Pasalnya, sebagaimana dikutib dari KH Marzuki Mustamar, Kiai Ahmad sapaan akrabnya menyebutkan bahwa cara terbaru yang saat ini terjadi dalam upaya memporak-porandakan paham Ahlussunnah wal Jamaah yaitu dengan mencetak kitab mazhab yang tidak sesuai dengan aslinya.
“Cetakan kitab yang baru ini, meskipun sama-sama kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, namun di dalamnya ada penambahan dan pengurangan,” terangnya.
Karena itu, mantan Rais Syuriyah MWCNU Pasongsongan itu mengingatkan agar warga tidak mudah terperangkap oleh ceramah yang disampaikan ustadz dadakan yang kian tumbuh subur di media sosial.
“Kiai Marzuki Mustamar mewanti-wanti agar
jangan mudah percaya kepada orang-orang di laur NU dan santri. Sebab,
kitab-kitab mereka banyak yang dikurangi dan ditambah,” pungkasnya.
Pewarta: Ahmad Abdullah Sattar
0 Komentar