Ketua MWCNU Pasongsongan: Kegiatan NU Bisa Dipusatkan di Pesantren dan Masjid

Foto: Istimewa

nuonliepasongsongan - Menjamurnya ideologi transnasional yang mulai menyentuh arus bawah menimbulkan gejolak di masyayarakat. Terutama ideologi yang berupaya membenturkan agama dengan negara, dan paham yang mempertentangkan keberagaman dalam keberagamaan, maka kehadiran NU sebagai organisasi yang menjunjung nilai ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan bangsa) dan ukhuwwah basyariyyah (persaudaraan umat manusia) sangat dibutuhkan.

Oleh karena itu, ranting atau anak ranting sebagai lapisan terbawah dalam struktur NU memiliki peran penting demi menahan laju ideologi transnasional tersebut. 

Hal itu diungkapkan Ketua MWCNU Pasongsongan K. Ahmad Riyadi saat diundang sebagai pemateri dalam pertemuan rutin Lailatul Ijtima’ Nadlatul Ulama (LINU) Pengurus Anak Ranting (LINU PAR) Nahdlatul Ulama (NU) Pasongsongan II, bertempat di rumah K. Ahmad Fajar, Selasa (02/02/21) malam. 

“Karena itulah, untuk satu tahun ke depan, yang menjadi agenda utama kepengurusan MWC saat ini ialah penguatan ranting,” kata K. Ahmad Riyadi.

Dirinya menjelaskan, penguatan Ranting mengarah pada pembenahan struktur dan agenda organisasi agar berjalan sebagaimana mestinya.

“Misalnya, pengurus rantingnya berjalan, fungsi rantingnya sebagai organisasi sosial keagamaan juga hidup, kumpulannya LINU jalan, Lazis di rantingnya hidup, dan seterusnya,” jelas mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu.

Tetapi, Ahmad Riyadi menggariskan bahwa, penguatan ranting akan sulit tercapai tanpa berbasis pesantren dan masjid. 

“Karena itulah, selama satu bulan ini, saya bersama pengurus yang lain banyak bersitarahmi ke kiai-kiai pesantren dan guru-guru ngaji. Dan, alhamdulillah, mereka sanggup membantu membenahi kepengurusan di ranting serta juga sanggup membentuk kumpulan LINU di tingkat ranting. Bahkan mereka siap menjadikan pesantrennya sebagai pusat kegiatan NU,” terangnya.

Lebih lanjut, mantan sekretaris dua periode itu berharap agar kegiatan PAR NU Pasongsongan II juga dipusatkan di masjid, sebab masjid seringkali menjadi pusat penyebaran paham keagamaan transnasional yang inkonstitusional dan menafikan keberagaman.

“Karena itulah, saya sangat apresiatif atas langkah Lembaga Takmir Masid (LTM) serta Panitia Harlah NU ke-98 dan Pelantikan yang kegiatannya dipusatkan di Masjid Al-Hidayah. Langkah seperti ini mungkin bisa ditiru oleh yang lain,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua LINU PAR Pasongsongan II K. Shalehuddin Wafa mendukung langkah yang ditempuh pengurus MWCNU saat ini. 

“Ini langkah yang baik bagi NU ke depan. Untuk itu, ke depannya kegiatan PAR NU Pasongsongan II akan kami pusatkan di masjid,” ungkapnya. (Totok/MAF)

Posting Komentar

0 Komentar