Semakin engkau ke dalam
Arungi samudera qalbu
Semakin terasa adanya Tuhan
Menarilah...
Engkau dengan ombak ketakutan
Menangislah...
Engkau dengan debur pengharapan
Kedok Penguasa
Dihamparan sajadah suci
Bermuara lumuran darah
Darah...!
Yang telah mengkristal energi nafsu
Dalam tubuhnya
Wajah aslimu tak mampu lagi
Kau sembunyikan racun
Ternyata engkau adalah iblis
Berjubah malaikat
Curang...!
Penista...!
Penjilat, Bersarung dusta
Kemenanganmu
Hanya pelabuhan syahwat kuasamu
Untuk siapa
Untuk apa
Engkau bertahan dengan wajah
Yang sudah terbongkar
Berlayar pada Dzikir
Bila kau paham
Inilah kalam
Yang menorehkan ayat alifMu
Dalam diam!
Tegak!
Yang mengalir dikedua mata
Kuarungi hijaiyah
Di kehidupan dunia
Tanganku bergetar memahat rasa
Pada harakat demi harakat berbunyi, kun
Kutuliskan rindu yang kian syahdu
Pada kalimat dzikir
Yang berlayar pada takdir nasibku
Syukur...
Ikhlas...
Adalah kapal besarku
Tauhid adalah nahkodaku
Sampai kebahagiaan menjumpaiku
Rindu Terkekang
Tadi pagi
Senja kulepaskan
Lalu ku jemput malam
Yang terbentang di butiran bulan
Yang mengambang
Pada malam
Rindu kini dikekang
Pada sepi yang meradang
Sekarang...
Menghilang
Tenggelam
Senyam
Lenyap dalam kebisuan
Terdiam dalam kenangan
Rindu kini terkekang
Pada cinta menggenang.
Kenang tak Terlupakan
Masihkah kau catat
Ingat...bayang
Kalender 2000
Di bulan november
1
Harapan baru
Tuk merajut sebuah mimpi
Yang ku ukir
Pada sabit senyum
Sang buah hati
2
Kala itu gerimis sendu
Membasahi aroma harum
Lembab tanah sang kasih
Pada sudut-sudut jendela
Yang basah di ujung jalan
Di langit kasih
Hujan berdiam
Di gelap
Dalam ingatan
3
Ketika lelah menangis
Air mata kembali menetes
Mengingat...
Mengenang...
Arti sebuah tanya
Yang tak mampu menjawabnya
Mengapa?
Aku ragu
Kenapa?
Itu perasaan
Hanya kamu...
Yang bisa mengartikan
---------------------
*Penyair adalah Novelis, Penyair dan Cerpenis. Lahir di
Pasongsongan, Sumenep.
Tulisannya sudah dimuat diberbagai media online. Selain menulis
sastra, dia juga menggeluti seni rupa.
0 Komentar