HATI-HATI MENYEKOLAHKAN ANAK

 

nuonlinepasongsongan.blogspot.com - Pada dasarnya, manusia terlahir dalam keadaan suci. Ibarat kertas putih, hanya orang tua yang berhak mewarnainya. Hal itu disampaikan oleh Kiai Asyikurahman saat menjadi pemateri pada perkumpulan Lailatu Ijtima Nahdlatul Ulama (LINU) Ranting NU Panaongan yang ditempatkan di rumah Kiai Ahmad Riyadi, jumat (22/01/21) malam.

Selanjutnya, dirinya mendasari dengan menyitir sebuah hadist  yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, "tidak ada seorang manusia yang terlahir kecuali dia terlahir atas fitrah (kesucian seperti tabula rasa, kertas yang belum ditulis apapun, masih putih). Maka kedua orang tuanyalah yang menuntunnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi."

"Hadist ini sangat jelas bahwa campur tangan orang tua sangat dominan dalam menetukan masa depan seorang anak," jelas alumni Pondok Pesantren Assidiqi Putra angkatan 1988, Jember.

"Begitu halnya dengan menanamkan pemahaman Ahlussunahwal-Jamaah (Aswaja) an nahdliyah juga tergantung orang tua," tambahnya.

Dirinya menyarankan, agar anak kita terhindar dari pemahaman di luar aswaja an nahdliyah, maka jangan sekolahkan atau memondokkan anak kita di luar sekolah atau pesantren yang jauh dari nilai-nilai ke-NU-an.

Sebagai pamungkas, Kiai Asyik, sapaan akrabnya, mewanti-wanti kepada jamaah untuk lebih selektif memilih sekolah dan pesantren yang akhir-akhir ini bagai jamur di musim penghujan.

"Akhir-akhir ini, menjamurnya sekolah modern berlabel Islam dengan mengadopsi kurikulum internasional, ternyata membuat banyak orang tua tergiur untuk menyekolahkan anak mereka. Padahal mereka tidak tahu bahwa selain sebagai peluang bisnis, sekolah tersebut juga sebagai peluang untuk menyebarkan ideologi Islam yang tidak selaras dengan kebangsaan dan tanah air kita,” pungkasnya. (Kiai Asyikurahman)

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar