PAC IPNU Pasongsongan Peringati Harlah, “Ini Tantangan yang Kita Hadapi”

Foto: Istimewa
MWC NU Pasongsongan - Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Pasongsongan memperingati Hari Lahir (Harlah) IPNU ke-67 yang dipusatkan di Auditorium Kantor MWC NU Pasongsongan, Rabu (24/02/21) sore.

Harlah yang mengusung tema Transformasi Pelajar untuk Peradaban Bangsa di isi dengan istighotsah dan halaqah aswaja.

Turut hadir Wakil Ketua PC NU Sumenep K. Hosnan Mustafa, Wakil Rais Syuriyah MWC NU Pasongsongan KH. Abd. Gaffar dan K. Ahmad Fajar Shiddiq, Ketua MWC NU Pasongsongan K. Ahmad Riyadi dan beberapa pengurus tanfidziah lainya. Hadir pula Pengurus Pimpinan Cabang (PC) IPNU Sumenep Mohammad Romli dan Pengurus PAC IPPNU Pasongsongan.

Sesuai dengan instruksi PC IPNU Sumenep, acara dibuka dengan istighotsah yang dipimpin K. Ahmad Fajar Shiddiq. Menurut Ketua PAC IPNU Pasongsongan Ahmad Junaidi, istighotsah merupakan instruksi PC yang harus dilaksanakan secara serentak di setiap PAC se-Kabupaten Sumenep.

Sementara itu, sebagai pemateri KH. Abd. Gaffar menjelaskan bahwa Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah merupakan konsep NU sebagai jam’iyah diniyah al-ijtima’iyyah (organisasi keagamaan dan kemasyarakatan).

“Sebagai jami’yah, NU dibentuk untuk menjadi wadah perjuangan para ulama dan para pengikutnya. Di dalamnya memiliki konsep dan ajaran Aswaja,” katanya.

Mengutip Aswaja yang didefinisikan KH. Bisri Musthofa, Wakil Rais Syuriyah MWC NU Pasongsongan itu memaparkan, Aswaja adalah paham yang menganut pola empat madzhab fikih, yakni Imam Syafi’i, Hanafi, Hambali dan Maliki. Dalam bidang akidah, Aswaja mengikuti Al-Asy’ari dan Al-Maturidi. Dalam bidang tasawuf mengikuti Al-Junaid Al-Baghdadi dan Al-Ghazali.

“Wajib mengikuti empat madzhab tersebut. Mengapa mesti wajib!? Sebab, kita bukan makomnya untuk menjadi mujtahid,” tandasnya.

Terkait tantangan yang dihadapi NU saat ini, KH. Abd. Gaffar yang juga mantan aktifis PMII Pamekasan itu melihat adanya kelompok yang menginginkan NU hancur.

“Mereka menggunakan segala cara untuk melemahkan NU. Karena itu, mereka merupakan tantangan bagi kita, khususnya IPNU-IPPNU sebagai kelompok muda NU,“ pungkasnya.

Hal senanda juga disampaikan K Ahmad Riyadi. Dirinya melihat, kaum melenial menjadi sasaran empuk mereka.   

“Apa yang disampaikan wakil Rais Syuriah adalah tantangan kita ke depan, yakni kelompok yang akan merusak aqidah Aswaja An-Nahdliyah. Sasaranya ialah pelajar serta mahasiswa. Termasuk IPNU-IPPNU juga menjadi sasaran empuk mereka untuk bisa mengaktualisasikan ajaran mereka di masyarakat,” jelasnya.

Karena itulah, dirinya menegaskan bahwa PMII adalah solusi bagi kader IPNU-IPPNU yang hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.      

“Mayoritas Pengurus MWC NU Pasongsongan saat ini adalah mantan aktifis PMII, termasuk pula Wakil Rais Syuriah yang saat ini ada di hadapan kita. Jadi, saya menyarankan, jika kader IPNU-IPPNU ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka bergabunglah sebagai keluarga besar PMII yang memang lahir dari rahim NU,” paparnya.

Sementara itu, Mohammad Romli mewakili Pengurus PC IPNU Sumenep mengharap agar IPNU-IPPNU menjadi kader NU yang melitan.

“Untuk itulah, kami mohon doa dan bimbingannya kepada para sesepuh NU Pasongsongan, sehingga kami, IPNU-IPPNU, menjadi kader NU yang melitan,” pungkasnya sebelum acara diakhiri dengan doa. (Atok el-Real/MAF)

        

 

Posting Komentar

0 Komentar